RANGKUMAN RPS 5 DAN 6 PENELITIAN PENDIDIKAN
A.
Landasan
Teori
Teori merupakan salah satu unsur yang mempunyai
peranan yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Sebab, teori dengan unsur
ilimah inilah yang menjelaskan kejadian atau fenomena sosial yang dijadikan
pusat perhatian dalam sebuah penelitian. Teori adalah serangkaian definisi,
konstrak, konsep, asumsi dan proposisi untuk menjelaskan fenomena atau kejadian
sosial dengan cara merumuskan hubungan antar variabel secara sistematis.
Menurut pengertian tersebut, pengertian teori terkandung 3 hal. Hal pertama
teori yaitu serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berkaitan.
Hal kedua yaitu menjelaskan fenomena sosial secara sistematis dengan cara
menentukan hubungan antar konsep. Hal ketiga, teori yaitu menjelaskan
fenomena-fenomena tertentu dengan dengan cara menentukan konsep mana yang
berkaitan dengan konsep yang lain dan seperti apa bentuk hubungannya.
Teori merupakan seperangkat konsep (konstruk),
proposisi, definisi yang menyajikan gejala-gejala sistematis, merinci atau
menjelaskan hubungan atar variabel-variabel, dengan tujuan menerangkan dan
meramalkan gejala-gejalan tersebut, sehingga teori mempunyai fungsi sebagai
berikut ini:
1.
Menyediakan
sebuah kerangka konsepsi untuk penelitian, dan memberi pertimbangan
diperlukannya penyelidikan.
2.
Dengan
teori kita bisa membuat pertanyaan untuk penyidikan yang terinci.
3.
Memperlihatkan
hubungan antar variabel yang sedang diteliti.
4.
Kajian
pustaka terdiri dari pengidentifikasian dengan cara sistematis, penemuan, serta
analisis dokumen yang berisi informasi yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian.
Dalam menemukan
sebuah teori yang dijadikan sebagai acuan penelitian, maka diperlukan kajian
pustaka yang mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut ini:
1.
Dapat
menyediakan kerangka yang direncanakan (kerangka konsepsi)
2.
Dapat
menyediakan informasi mengenai penelitian-penelitian yang terdahulu yang
berkaitan dengan peneliaian mendatang.
3.
Memberi
rasa percaya diri karena lewat kajian pustaka semua konstruk yang berkaitan
dengan penelitian kita dapat tersedia.
4.
Dapat
memberi informasi mengenai metode peneltian yang dipakai, sample dan populasi,
instrumen dalam pengumpulan data dan perhitungan sistematic yang dipakai dalam
penelitian sebelumnya.
5.
Dapat
menyediakan kesimpulan-kesimpulan, temuan-temuan enyelidikan yang bisa
dikaitkan dengan kesimpulan dan penemuan kita.
6.
Kepustakaan
penelitian terdiri dari laporan-laporan yang diterbitkan dari penelitian
sebelumnya.
Terdapat
beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan oleh seorang peneliti dalam menyusun
landasan teori, diantaranya yaitu:
1.
Sebaiknya
kerangka teori memakai acuan yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti
serta acuan-acuan yang berisi hasil penelitian sebelumnya (dapat disajikan pada
Bab II atau dibuatkan sub bab sendiri).
2.
Cara
penulisan dari sub bab sub bab yang lain harus tetap mempunyai hubungan yang
jelas serta memperhatikan aturan pada penulisan pustaka.
3.
Untuk
mendaptkan hasil penelitian yang baik, studi pustaka perlu memenuhi prinsip
kemutakhiran dan keterkaitan dengan masalah penelitian. Jika memakai literatur
dengan beberapa edisi, maka yang dipakai yaitu buku yang edisi terbaru. Apabila
referensi tidak terbit lagi, maka referensi tersebut merupakan terbitan
terakhir. Untuk yang memakai jurnal sebagai referensi, pembatasan tahun
penerbitan tidak berlaku.
4.
Dengan
banyaknya sumber bacaan, maka membuat kualitas penelitian yang dilakukan
menjadi semakin baik, terlebih sumber bacaan yang terdiri dari teks book atau
sumber lainnya congoh jurnal, koran, artikel dari majalah, internet dan yang
lainnya.
5.
Podoman
kerangka teori tersebut berlaku untuk jenis penelitian apapun.
6.
Teori
tidaklah sebuah pendapat pribadi (kecuali pendapat itu telah tertulis dalam
buku)
7.
Untuk
penelitian korelasional pada akhir kerangka teori disajikan model teori, model
konsep (jika dibutuhkan) dan model hipotesis pada sub bab tersendiri, namun
untuk penelitian studi kasus cukup dengan menyusun model teori dan juga
memberikan keterangan. Model teori yang dimaksud yaitu merupakan kerangka berfikir
seorang penulis dalam penelitian yang dilakukan. Kerangka tersebut bisa berupa
kerangka ahli yang telah ada, ataupun kerangka menurut teori pendukung yang
sudah ada. Kerangka teori yang telah disajikan dalam suatu skema, perlu
dijabarkan apabila dianggap perlu memberi sebuah batasan, maka asumsi-asumsi
perlu dicantumkan.
B.
Kerangka
Berfikir
Kerangka berfikir adalah narasi (uraian) atau
pernyataan (proposisi) tentang kerangka konsep pemecahan masalah yang telah
diidentifikasi atau dirumuskan. Kerangka berpikir atau kerangka berfikir dalam
sebuah penelitian kuantitatif, sangat menentukan kejelasan dan validitas proses
penelitian secara keseluruhan. Melalui uraian dalam kerangka berpikir, peneliti
dapat menjelaskan secara komprehensif variabel-variabel apa saja yang diteliti
dan dari teori apa variabel-variabel itu diturunkan, serta mengapa
variabel-variabel itu saja yang diteliti. Uraian dalam kerangka berpikir harus
mampu menjelaskan dan menegaskan secara komprehensif asal-usul variabel yang
diteliti, sehingga variabel-variabel yang tercatum di dalam rumusan masalah dan
identifikasi masalah semakin jelas asal-usulnya.
Pada dasarnya esensi kerangka berfikir berisi: (1)
Alur jalan pikiran secara logis dalam menjawab masalah yang didasarkan pada
landasan teoretik dan atau hasil penelitian yang relevan. (2) Kerangka logika
(logical construct) yang mampu menunjukan dan menjelaskan masalah yang telah
dirumuskan dalam kerangka teori. (3) Model penelitian yang dapat disajikan
secara skematis dalam bentuk gambar atau model matematis yang menyatakan
hubungan-hubungan variabel penelitian atau merupakan rangkuman dari kerangka berfikir
yang digambarkan dalam suatu model. Sehingga pada akhir kerangka berfikir ini
terbentuklah hipotesis.
Di dalam menulis kerangka berpikir, ada tiga
kerangka yang perlu dijelaskan, yakni: kerangka teoritis, kerangka konseptual,
dan kerangka operasional. Kerangka teoritis atau paradigma adalah uraian yang
menegaskan tentang teori apa yang dijadikan landasan (grand theory) yang akan
digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti. Kerangka konseptual
merupakan uraian yang menjelaskan konsep-konsep apa saja yang terkandung di
dalam asumsi teoretis yang akan digunakan untuk mengabstraksikan
(mengistilahkan) unsur-unsur yang terkandung di dalam fenomena yang akan
diteliti dan bagaimana hubungan di antara konsep-konsep tersebut. Kerangka
operasional adalah penjelasan tentang variabel-variabel apa saja yang
diturunkan dari konsep-konsep terpilih tadi dan bagaimana hubungan di antara
variabel-variabel tersebut, serta hal-hal apa saja yang dijadikan indikator
untuk mengukur variabel-variabel yang bersangkutan.
Selanjutnya secara sederhana penyusunan kerangka
berpikir dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1.
Menentukan paradigma atau kerangka teoretis yang akan
digunakan, kerangka konseptual dan kerangka operasional variabel yang akan
diteliti.
2.
Memberikan
penjelasan secara deduktif mengenai hubungan antarvariabel penelitian. Tahapan
berpikir deduktif meliputi tiga hal yaitu: (a) Tahap penelaahan konsep
(conceptioning), yaitu tahapan menyusun konsepsi-konsepsi (mencari
konsep-konsep atau variabel dari proposisi yang telah ada, yang telah
dinyatakan benar). (b) Tahap pertimbangan atau putusan (judgement), yaitu
tahapan penyusunan ketentuan-ketentuan (mendukung atau menentukan masalah
akibat pada konsep atau variabel dependen). (c) Tahapan penyimpulan
(reasoning), yaitu pemikiran yang menyatakan hal-hal yang berlaku pada teori,
berlaku pula bagi hal-hal yang khusus.
3.
Memberikan
argumen teoritis mengenai hubungan antar variabel yang diteliti. Argumen
teoritis dalam kerangka pemikiran merupakan sebuah upaya untuk memperoleh
jawaban atas rumusan masalah. Dalam prakteknya, membuat argumen teoritis
memerlukan kajian teoretis atau hasil-hasil penelitian yang relavan. Hal ini
dilakukan sebagai petunjuk atau arah bagi pelaksanaan penelitian. Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah, oleh karena argumen teoritis sebagai upaya untuk
memperoleh jawaban atas rumusan masalah, maka hasil dari argumen teoritis ini
adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian. Sehingga pada
akhirnya produk dari kerangka pemikiran adalah sebuah jawaban sementara atas
rumusan masalah (hipotesis).
4.
Merumuskan
model penelitian. Model adalah konstruksi kerangka pemikiran atau konstruksi
kerangka teoretis yang diragakan dalam bentuk diagram dan atau
persamaan-persamaan matematik tertentu. Esensinya menyatakan hipotesis
penelitian. Sebagai suatu kontruksi kerangka pemikiran, suatu model akan
menampilkan: (a) jumlah variabel yang diteliti, (b) prediksi tentang pola
hubungan antar variabel, (c) dekomposisi hubungan antar variabel, dan (d)
jumlah parameter yang diestimasi.
C.
Pengajuan
Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah
ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan
kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus
merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan deskriptif sering
tidak perlu merumuskan hipotesis.
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2010:110).
Terdapat dua macam hipotesis penelitian, yaitu
hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis
kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesis nol dinyatakan dalam
kalimat negatif.
Dalam statistik juga terdapat dua macam hipotesis
yaitu hipotesis kerja dan hipotesis alternative (hipotesis alternative tidak
sama dengan hipotesis kerja). Dalam kegiatan penelitian, yang diuji terlebih
dahulu adalah hipotesis penelitian terutama pada hipotesis kerjanya. Bila
penelitian akan membuktikan apakah hasil pengujian hipotesis itu signifikan
atau tidak, maka diperlukan hipotesis statistik. Teknik statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah statistik inferensial. Statistik
yang bekerja dengan data populasi adalah statistic deskriptif.
Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah
hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel
dan data populasi. Yang diuji hipotesis nol karena peneliti tidak berharap ada
perbedaan antara sampel dan populasi atau statistik parameter. Parameter adalah
ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi; sedangkan statistik adalah
ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.
1.
Bentuk-bentuk
hipotesis
Bentuk-bentuk
hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila
dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada
tiga, yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif
(perbandingan), dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk
hipotesis penelitian juga ada tiga, yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan
asosiatif/hubungan.
2.
Paradigma
penelitian, rumusan masalah, dan hipotesis
Dengan
paradigm penelitian, peneliti dapat menggunakannya sebagai panduan untuk
merumuskan masalah dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya dapat
digunakan untuk panduan dalam pengumpulan data dan analisis. Dalam setiap
paradigm penelitian, minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu
masalah deskriptif.
3.
Karakteristik
hipotesis yang baik
a.
Merupakan
dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel pada
berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih (pada umumnya hipotesis deskriptif tidak dirumuskan).
b.
Dinyatakan
dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
c.
Dapat
diuiji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.
Komentar
Posting Komentar