RPS PENELITIAN PENDIDIKAN 1-15

RPS 1 & 2
Penelitian adalah suatu bentuk kegiatan yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72).[1] Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnyakondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.
Sebuah penelitian tidak hanya didasari oleh kajian saintis, akan tetapi semua aspek yang ada di muka bumi mulai dari bintang yang jauh disana sampai dengan tingkat partikel yang yang ada pada atom. Tidak hanya masalah sains, penelitian juga dapat digunakan untuk mengkaji fenomena sosial dan juga perilaku individu. Penelitian tidak lain adalah art of science untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang ada. Karena penelitian adalah seni dan ilmiah, penelitian akan meberikan ruang yang sangat luas mengenai sebuah objek penelitian. Hal ini memungkinkan perbedaan antara sebuah penelitian yang dilaukan oleh peneliti yang berbeda.

Validasi Internal
Validasi internal adalah .ikwal kesahihan penelitian yang menyangkut pernyataan, sejauh mana perubahan yang diamati dalam suatu penelitian (terutama penelitian ekprimental) benar-benar hanya terjadi karena perlakuan yang di berikan dan bukan pengaruh factor lain (variabel luar). Validasi internal merupakan hal yang esensial yang harus dipenuhi jika peneliti menginginkan hasil studinya bermakna.Validasi internal mengacu pada kemampuan desain penelitian untuk memberi penjelasan alternatif hasil, atau masuk akal (Campbell, 1957; Kazdin, 2003c).
Faktor- Faktor yang mempengaruhi validasi internal :
1.      Sejarah (history) :peristiwa yang terjadi pada waktu lalu dan kadang-kadang dapat berpengaruh teradap variabel terikat
2.      Kematangan (muturitas) : adanya perubahan baik secara biologis maupun non biologis yang prosesnya dapat berpengaruh.
3.      Seleksi(selection) : adanya perubahan cirri-ciri atau sifat-sifat dari suatu populasi
4.      Prosedur (testing) : terjadinga stress yang dapat berpengaruh terhadap hasil tes
5.      Instrumen : adanya pengaruh yang diakibatkan oleh alat ukur terhadap hasil tes
6.      Mortalitas : adanya perubahan yang terjadikarena adanya anggota dari populasi yang drop out.
7.      Nilai rata-rata : terjadinya perubahan akibat adanya nilai ekstrim tinggi atau yang rendah seingga mempengaruhi hasil tesnya

Validasi Eksternal
Validasi eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi. Dalam semua bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan oleh kontur penelitian dan mengacu pada sejauh mana generalisasi hasil penelitian untuk lain kondisi, peserta, waktu, dan tempat (Graziano & Raulin, 2004). Validasi eksternal adalah ikhwal penelitian yang menyangkut pertanyaan, sejauh mana hasil suatu penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi induk (asal sampel) penelitian diambil.
Hal-hal yang menjadi sumber-sumber validasi eksternal ialah:
1.      Efek seleksi berbagai anggota sampel
2.      Gangguan penanganan perlakuan berganda

Hubungan Antara Validasi
Validasi berkaitan dengan persoalan untuk membatasi atau menekan kesalahan-kesalahan dalam penelitian sehingga hasil yang diperoleh akurat dan berguna untuk dilaksanakan. Dalam penelitian terdapat dua validasi utama yaitu validasi internal dan validasi eksternal. Validasi internal didefinisikan sebagai validasi dimana hubungan dua variable bersifat kausal. Validasi internal menunjukkan apakah hasil studi terbebas dari kesalahan acak, bias dan factor perancu. Dengan kata lain apakah asosiasi yang diperoleh benar – benar hanya dipengaruhi oleh kedua variable yang diteliti. Suatu penelitian dengan validasi internal yang tinggi mempunyai nilai bias, kesalahan acak serta pengaruh factor perancu yang nol atau minimal. Sebaliknya, penelitian dengan kesahihan interna yang rendah menunjukkan terdapatnya bias, kesalahan acak serta factor perancu sehingga asosiasi yang ada mungkin disebabkan oleh hal selain variable yang diteliti.

Karakteristik Proses Penelitian
1.      Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
2.      Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia.
3.      Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
4.      Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
5.      Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.

Langkah-Langkah Proses Penelitian
1.      Memilih dan / atau mengidentifikasi masalah
Memilih masalah penelitian memang tidak mudah, oleh sebab itu diperlukan pemikiran – pemikiran yang cermat.
2.      Menetapkan tujuan penelitian
Pada hakekatnya penelitian adalah suatu pernyataan tentang informasi ( data ) apa yang akan digali melalui penelitian tersebut.
3.      Studi literatur
Untuk memperoleh dukungan teoritis masalah penelitian yang dipilih. Literatur dapat berupa buku teks, hasil - hasil penelitian sebelumnya, journal-journal, dan sebagainya.
4.      Merumuskan kerangka konsep penelitian
Suatu uraian dan visualisasi konsep - konsep serta variable - variabel yang akan diukur.Tujuan dari kerangka konsep adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas kearah mana penelitian itu berjalan.
5.      Merumuskan hipotesis ( jika perlu).
Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian, karena hipotesis menentukan hasil yang diramalkan apriori.
6.      Merumuskan metode penelitian
Mencakup jenis dan metode penelitian yang digunakan, populasi dan sampel penelitian, cara/metode dan alat ukur pengumpulan data serta rencana analisa data.
7.      Pengumpulan data
8.      Mengolah dan analisa data
Memerlukan ketekunan dan pengertian terhadap data. Apa jenis data akan menentukan teknis analisisnya, analisis data dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan komputer.
9.      Membuat laporan
Dalam laporan penelitian akan disajikan data hasil penelitian tersebut.

Etika Dalam Penelitian
1.      Kejujuran
Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data, pelaksanaan metode dan prosedur penelitian, publikasi hasil. Jujur pada kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan.
2.      Obyektivitas
Upayakan minimalisasi kesalahan/bias dalam rancangan percobaan, analisis dan interpretasi data, penilaian ahli/rekan peneliti, keputusan pribadi, pengaruh pemberi dana/sponsor penelitian.
3.      Integritas
Tepati selalu janji dan perjanjian; lakukan penelitian dengan tulis, upayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan
4.      Keterbukaan
Secara terbuka, saling berbagi data, hasil, ide, alat dan sumber daya penelitian.  Terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru.
5.      Penghargaan terhadap Hak Atas  Kekayaan Intelektual (HAKI)
Perhatikan paten, copyrights, dan bentuk hak-hal intelektual lainnya. Jangan gunakan data, metode, atau hasil yang belum dipublikasi tanpa ijin penelitinya.  Tuliskan nara sumber semua yang memberikan kontribusi pada riset Anda.  Jangan pernah melakukan plagiasi.
6.      Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden)
Bila penelitian menyangkut data pribadi, kesehatan, catatan kriminal atau data lain yang oleh responden dianggap sebagai rahasia, maka peneliti harus menjaga kerahasiaan data tersebut. 
7.      Publikasi yang terpercaya
Hindari mempublikasikan penelitian yang  sama berulang-ulang ke berbagai media (jurnal, seminar). 
8.      Penghargaan terhadap Kolega/Rekan Kerja
Hargai dan perlakukan rekan penelitian dengan semestinya. Bila penelitian dilakukan oleh suatu tim akan dipublikasikan, maka peneliti dengan kontribusi terbesar ditetapkan sebagai penulis pertama (first author), sedangkan yang lain menjadi penulis kedua (co-author(s)). Urutan menunjukkan besarnya ontribusi anggota tim dalam penelitian.
9.      Tanggung Jawab Sosial
Upayakan penelitian anda berguna demi kemaslahan masyarakat, meningkatkan taraf hidup, mudahkan kehidupan dan meringankan beban hidup masyarakat.  Anda juga bertanggung jawab melakukan pendampingan bagi masyarakat yang ingin mengaplikasikan hasil penelitian anda
10.  Tidak melakukan Diskriminasi
Hindari melakukan pembedaan perlakuan pada rekan kerja atau mahasiswa karena alasan jenis elamin, ras, suku, dan faktor-faktor lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kompetensi dan integritas ilmiah.




RPS 3 & 4
A.    Mengidentifikasi Karakteristik Masalah
Menurut pendapat Emory (1985), ada 7 ciri khas penelitian yang baik dan benar, yakni sebagai berikut :
1.      Jelas dan Fokus
Masalah yang diteliti haruslah betul-betul sebagai masalah, sehingga data yang terkumpul dalam penelitian itu dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang benar dan jelas. Sehingga penelitian akan lebih terarah dan fokus, efisien dan efektif.
2.      Prosedur penelitian yang Rinci
Prosedur penelitian harus jelas, terperinci, dijabarkan. Sehingga bukan hanya anda saja yang memahaminya, tapi orang lain yang membaca hasil tulisan anda.
3.      Prosedur Harus teliti
Prosedur dalam rancangan penelitian harus dibuat secara teliti dan hati-hati, agar nantinya penelitian anda menjadi penelitian yang benar-benar valid. Valid maksudnya sesuai antara data dan fakta. Sementara data yang dimaksud adalah teori-teori yang mendukung penelitian, dokumen, maupun kuesioner anda. Intinya, dalam meneliti mau tidak mau anda harus mengedepankan prosedur. Prosedurnya jelas, dan teliti.
4.      Laporan lengkap dan sistematis
Laporan penelitian harus lengkap, dan disusun secara sistematis. Kelengkapan yang dimaksud mencakup teori yang mendukung penelitian anda, sumber data baik pustaka maupun lapangan, sekunder maupun primer, dan sebagainya.
Dalam menyusun laporan penelitian, baik itu jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi, laporan yang sistematis menjadi nilai tersendiri, dan tentunya akan diistimewakan. Sistematis dalam penelitian termasuk dalam hal kemampuan anda dalam mengolah data, penempatan teori dari A sampai Z.
5.      Analisis tepat
Analisis yang digunakan harus tepat. Dalam penelitian, ada baiknya sebelum menemukan masalah, dan membuat judul, anda harus membuat rencana yang baik tentang desain penelitian anda. Termasuk dalam hal menentukan analisisnya. Misalnya menggunakan analisis korelasi, maka yang dikaji dan diteliti adalah hubungan antara masalah A dan B. yah begitulah selanjutnya, jika meneliti hubungan maka gunakan analisis korelasi. Jika meneliti perbandingan, gunakan analisis komparatif.
6.      Kesimpulan dan Saran dari sumber Bukan pribadi
Setiap kesimpulan dan saran yang diberikan harus didukung oleh data yang diperoleh dari penelitian. Dengan kata lain, kesimpulan dan saran yang anda tuliskan bukanlah pendapat anda semata. Boleh anda mengajukan pendapat, namun hal tersebut hanya sekedar saran tambahan.
7.      Peneliti berintegritas
Poin inilah yang paling penting. Integritas merupakan perpaduan dari semua poin di atas. Dalam penelitian, seorang peneliti yang berintegritas tentunya akan sangat ditunggu-tunggu hasil penelitiannya. Bagaimana dengan skripsi? tentunya poin ini-pun akan berlaku. Mahasiswa yang berintegritas dalam penelitiannya adalah mahasiswa yang membuat skripsinya dengan hasil jerih payahnya sendiri, bukan dengan konsultan atau menggunakan jasa orang lain. Tentunya dengan menerapkan poin-poin yang sudah dijelaskan diatas.

B.     Menjelaskan Hubungan 2 Variabel
Dalam hubungan antara variabel ini ada beberapa jenis hubungan yang perlu diketahui, yaitu:
1.      Hubungan simetris
Hubungan simetris terjadi apabila :
a.       Kedua variabel adalah akibat dari suatu vaktor yang sama, misalnya meningkatnya penggunaan internet dikalangan masyarakat dengan, naiknya jumlah oplah surat kabar, merupakan dua variabel yang tidak saling mempengaruhi, namun diakibatkan oleh faktor yang sama, yaitu meningkatnya kebutuhan informasi ditengah masyarakat.
b.      Kedua variabel berkaitan secara fungsional, misalnya hubungan antara petani dengan cangkul, hubungan guru dengan murid, hubungan dokter dengan pasien, dan sebagainya.
c.       Kedua variabel mempunyai hubungan karena kebetulan semata-mata, misalnya secara kebetulan semua murid berkacamata gemar membaca. Hubungan antara variabel murid berkacamata dengan gemar membaca adalah hubungan simetris.
2.      Hubungan timbal balik
Hubungan timbal balik merupakan hubungan antar dua variabel yang saling timbal bali, maksudnya adalah satu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat terhadap varibel lainnya, demikian pula sebaliknya, sehingga tidak dapat ditentukan varibel mana yang menjadi sebab atau variabel mana yang menjadi akibat. misalnya dalam waktu variabel x mempengaruhi y, dan dalam waktu lain variabel y dapat mempengaruhi x.
Contoh, hubungan antara motivasi belajar dengan minat membaca, motivasi belajar dapat mempengaruhi minat membaca, demikian pula sebaliknya, minat membaca dapat mempengaruhi motivasi belajar.
Contoh lain, penenaman modal (investment) mendatangkan keuntungan, dan sebaliknyak keuntungan akan memungkinkan timbulnya penanaman modal. Berdasarkan contoh-contoh ini, variabel terpengaruh pada berubah menjadi variabel pengaruh di waktu lain, demikian pula sebaliknya.
3.      Hubungan asimetris
Hubungan asimetris adalah hubungan antara variabel, yakni suatu variabel mempengaruhi variabel lain, namun sifatnya tidak timbal balik.
Pada dasarnya inti pokok analisis-analisis sosial terletak pada hubungan asimetris ini. Misalnya, hubungan antara keamanan suatu negara dengan penanaman modal asing. Keamanan suatu negara akan mempengaruhi tingkat penanaman modal (investasi) asing dinegara tersebut. Tingginya angka pengangguran dapat mempengaruhi tingkat kriminalitas di masyarakat; tingkat pendidikan mempengaruhi pola hidup sehat; tingkat pendapatan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, dan sebagainya.

C.     Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah
Konsep identifikasi masalah (problem identification) adalah proses dan hasil pengenalan masalah atau inventarisasi masalah. Dengan kata lain, identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting di antara proses lain. Masalah penelitian (research problem) akan menentukan kualitas suatu penelitian, bahkan itu juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa ditemukan melalui studi literatur (literature review) atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey), dan sebagainya.
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempersoalkan suatu variabel atau hubungan antara satu atau lebih variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai konsep yang memuat nilai bervariasi, pembeda antara sesuatu dengan yang lain. Dalam suatu studi yang menggunakan alur-pikir deduktif kerapkali ditampilkan definisi operasional variabel, dan dalam penelitian kualitatif variabel itu seringkali disebut konsep, misalnya definisi konseptual. Beberapa hal yang dijadikan sebagai sumber masalah adalah:
1.      Bacaan. Sumber bacaan bisa dari jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari laporan hasil-hasil penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik tentu saja mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan tema penelitian bersangkutan. Suatu penelitian sering tidak mampu memecahkan semua masalah yang telah teridentifikasi karena ada berbagai keterbatasan peneliti atau ruang lingkup penelitian itu. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan mengangkat masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam suatu kehidupan yang menyangkut dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang berupa tulisan yang dimuat dimedia cetak.
2.      Pertemuan Ilmiah. Masalah penelitian dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti seminar, konferensi nasional dan internasional diskusi. Lokakarya, simposium dan sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah seperti itu akan muncul berbagai permasalahan yang memerlukan jawaban melalui penelitian.
3.      Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas). Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi figure publik yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu yang diungkapkan oleh pemegang otoritas tersebut dapat dijadikan sumber masalah. Pemegang otoritas di sini dapat mencakup aspek formal dan non formal.
4.      Observasi (pengamatan). Pengamatan yang dilakukan seseorang peneliti tentang sesuatu yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun dalam jangka waktu yang cukup lama, terstruktur atau tidak terstruktur, itu dapat melahirkan suatu masalah. Contoh: Seorang pendidik menemukan masalah dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku peserta didiknya dalam proses belajar mengajar.
5.      Wawancara dan Angket. Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi aktual di lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi masyarakat tertentu. Demikian juga dengan menyebarkan angket kepada masyarakat akan dapat menemukan apa sebenarnya masalah yang dirasakan masyarakat tersebut. Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai studi awal untuk mengadakan penjajakan tentang permasalahan yang ada di lapangan dan juga untuk menyakinkan adanya permasalahan-permasalahan di masyarakat.
6.      Pengalaman. Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Tetapi tidak semua pengalaman yang dimiliki seseorang (peneliti) itu selalu positif, tetapi kadang-kadang sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang diperolehya sendiri maupun dari orang (kelompok) lain, dapat dijadikan sumber masalah yang dapat dijawab melalui penelitian.
7.      Intuisi. Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah penelitian tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak terencanakan.
Ketujuh faktor di atas dapat saling mempengaruhi dalam melahirkan suatu pokok permasalahan penelitian, dan itu dapat juga berdiri sendiri dalam mencetuskan suatu masalah. Jadi, untuk mengindentifikasi masalah dapat dilakukan melalui sumber-sumber bacaan yang memungkinkan lahir masalah-masalah penelitian seperti di atas. Sumber-sumber keilmuan yang membawa masalah-masalah tersebut dapat saling berinteraksi dalam menentukan masalah penelitian, dapat juga melalui salah satu sumber saja.
Setelah masalah-masalah penelitian dapat diindentifikasi, selanjutnya perlu dipilih dan ditentukan peneliti masalah-masalah yang akan diangkat dalam suatu rancangan penelitian. Untuk memilih dan menentukan masalah yang layak untuk diteliti, perlu mempertimbangkan kriteria problematika yang tertata baik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah penelitian, antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna. Masalah perlu dirumuskan dengan singkat dan padat tidak berbelit-belit yang dapat membingungkan pembaca. Masalah dirumuskan dengan kalimat yang pendek tapi bermakna.
2.      Rumusan masalah hendaknya ditungkan dalam bentuk kalimat tanya. Masalah akan lebih tepat disajikan apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, bukan pernyataan.
3.      Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit. Artinya, dengan rumusan masalah yang jelas dan kongkrit itu akan memungkinkan peneliti secara eksplisit terarah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan diselidiki, siapa yang akan diselidiki, mengapa diselidiki, bagaimana pelaksanaannya, bagaimana melakukannya, dan apa tujuan yang diharapkan.
4.      Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional. Sifat operasional dari rumusan masalah akan memungkinkan peneliti memahami variabel-variabel atau konsep-konsep dan sub-subnya yang ada dalam penelitian dan bagaimana peneliti dapat mengukurnya.
5.      Rumusan masalah hendaknya mampu member petunjuk tenang memungkinkannya pengumpulan data di lapangan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam masalah penelitian tersebut.
6.      Perumusan masalah haruslah dibatasi ruang-lingkupnya sehingga itu memungkinkan penarikan simpulan yang jelas dan tegas. Kalau itu disertai rumusan masalah yang bersifat umum, hendaknya disertai penjabaran-penjabaran yang spesifik dan operasional.

D.    Merumuskan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan satuan yang selaras dari perumusan masalah dan manfaat penelitian. Secara umum, tujuan penelitian adalah pernyataan jawaban atas pertanyaan mengapa anda ingin melakukan penelitian tersebut. Biasanya dalam penulisan tujuan adalah sesuai dengan perumusan masalah.
Tujuan penelitian dapat dibedakan menjadi tujuan umum (general purposes) dan tujuan khusus (spesific purposes). Adanya tujuan ini dimaksudkan pula agar apa yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini dapat diketahui dan dapat diukur tingkat keberhasilannya. Penulisan tujuan dirumuskan dalam bentuk kalimat yang afirmatif. Bila sekiranya akan timbul perbedaan penafsiran, perlu diberikan definisi istilah dan variabel-variabel penelitian yang bersangkutan.
1.      Tujuan umum merupakan pernyataan spesifik yang menggambarkan luaran yang akan dihasilkan dari penelitian, bersifat global, jangka panjang dan abstrak
2.      Tujuan khusus penelitian
         Merupakan pernyatan dalam bentuk kongkrit dan dapat diukur
         Berupa uraian atau langkah-langkah untuk mencapai tujuan umum penelitian
         Tujuan khusus berkaitan dgn masalah penelitian & menunjukkan variabel yg akan diteliti
         Boleh dalam kalimat aktif (mengetahui, menilai, membuktikan, mendeskripsikan, dsb.)
         Maupun pasif (diketahuinya, dsb.)

Jenis tujuan penelitian
1.      Mendapatkan informasi IPTEK tertentu
2.      Mengembangkan metode/ alat/ teori/ konsep baru yang lebih efektif/ efisien dibanding yg ada
3.      Menilai faktor-faktor yangg berhubungan/ berpengaruh terhadap suatu kejadian
4.      Mengevaluasi program, kegiatan atau menjelaskan fakta terkait dengan peraturan/ prosedur
5.      Membandingkan efektivitas/ efisiensi biaya pengobatan 2 kelompok atau lebih responden
Untuk memberikan arahan dalam pelaksanaan penelitian, proposal penelitian memuat apa yang hendak dicapai. Tujuan penelitian, banyak memberi warna terhadap langkah-langkah yang akan ditempuh, karenanya menurut Moh. Ali (1994 : 96) ada beberapa criteria yang harus diperhatikan yaitu ;
1)            Tujuan penelitian dirumuskan secara jelas dan operasional
2)            Tujuan penelitian diarahkan sekitar masalah yang diteliti
3)            Tujuan penelitian member arah yang tepat bgi peneliti tentang sasaran yang dituju.
4)            Tujuan penelitian menccerminkan analisis massalah dari segi variabel yang diteliti, sehingga memungkinkan terpecahkannya masalah.




RPS 5 & 6
A.    Landasan Teori
Teori merupakan salah satu unsur yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Sebab, teori dengan unsur ilimah inilah yang menjelaskan kejadian atau fenomena sosial yang dijadikan pusat perhatian dalam sebuah penelitian. Teori adalah serangkaian definisi, konstrak, konsep, asumsi dan proposisi untuk menjelaskan fenomena atau kejadian sosial dengan cara merumuskan hubungan antar variabel secara sistematis. Menurut pengertian tersebut, pengertian teori terkandung 3 hal. Hal pertama teori yaitu serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berkaitan. Hal kedua yaitu menjelaskan fenomena sosial secara sistematis dengan cara menentukan hubungan antar konsep. Hal ketiga, teori yaitu menjelaskan fenomena-fenomena tertentu dengan dengan cara menentukan konsep mana yang berkaitan dengan konsep yang lain dan seperti apa bentuk hubungannya.
Teori merupakan seperangkat konsep (konstruk), proposisi, definisi yang menyajikan gejala-gejala sistematis, merinci atau menjelaskan hubungan atar variabel-variabel, dengan tujuan menerangkan dan meramalkan gejala-gejalan tersebut, sehingga teori mempunyai fungsi sebagai berikut ini:
1.      Menyediakan sebuah kerangka konsepsi untuk penelitian, dan memberi pertimbangan diperlukannya penyelidikan.
2.      Dengan teori kita bisa membuat pertanyaan untuk penyidikan yang terinci.
3.      Memperlihatkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti.
4.      Kajian pustaka terdiri dari pengidentifikasian dengan cara sistematis, penemuan, serta analisis dokumen yang berisi informasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.
Dalam menemukan sebuah teori yang dijadikan sebagai acuan penelitian, maka diperlukan kajian pustaka yang mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut ini:
1.      Dapat menyediakan kerangka yang direncanakan (kerangka konsepsi)
2.      Dapat menyediakan informasi mengenai penelitian-penelitian yang terdahulu yang berkaitan dengan peneliaian mendatang.
3.      Memberi rasa percaya diri karena lewat kajian pustaka semua konstruk yang berkaitan dengan penelitian kita dapat tersedia.
4.      Dapat memberi informasi mengenai metode peneltian yang dipakai, sample dan populasi, instrumen dalam pengumpulan data dan perhitungan sistematic yang dipakai dalam penelitian sebelumnya.
5.      Dapat menyediakan kesimpulan-kesimpulan, temuan-temuan enyelidikan yang bisa dikaitkan dengan kesimpulan dan penemuan kita.
6.      Kepustakaan penelitian terdiri dari laporan-laporan yang diterbitkan dari penelitian sebelumnya.
Terdapat beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan oleh seorang peneliti dalam menyusun landasan teori, diantaranya yaitu:
1.      Sebaiknya kerangka teori memakai acuan yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti serta acuan-acuan yang berisi hasil penelitian sebelumnya (dapat disajikan pada Bab II atau dibuatkan sub bab sendiri).
2.      Cara penulisan dari sub bab sub bab yang lain harus tetap mempunyai hubungan yang jelas serta memperhatikan aturan pada penulisan pustaka.
3.      Untuk mendaptkan hasil penelitian yang baik, studi pustaka perlu memenuhi prinsip kemutakhiran dan keterkaitan dengan masalah penelitian. Jika memakai literatur dengan beberapa edisi, maka yang dipakai yaitu buku yang edisi terbaru. Apabila referensi tidak terbit lagi, maka referensi tersebut merupakan terbitan terakhir. Untuk yang memakai jurnal sebagai referensi, pembatasan tahun penerbitan tidak berlaku.
4.      Dengan banyaknya sumber bacaan, maka membuat kualitas penelitian yang dilakukan menjadi semakin baik, terlebih sumber bacaan yang terdiri dari teks book atau sumber lainnya congoh jurnal, koran, artikel dari majalah, internet dan yang lainnya.
5.      Podoman kerangka teori tersebut berlaku untuk jenis penelitian apapun.
6.      Teori tidaklah sebuah pendapat pribadi (kecuali pendapat itu telah tertulis dalam buku)
7.      Untuk penelitian korelasional pada akhir kerangka teori disajikan model teori, model konsep (jika dibutuhkan) dan model hipotesis pada sub bab tersendiri, namun untuk penelitian studi kasus cukup dengan menyusun model teori dan juga memberikan keterangan. Model teori yang dimaksud yaitu merupakan kerangka berfikir seorang penulis dalam penelitian yang dilakukan. Kerangka tersebut bisa berupa kerangka ahli yang telah ada, ataupun kerangka menurut teori pendukung yang sudah ada. Kerangka teori yang telah disajikan dalam suatu skema, perlu dijabarkan apabila dianggap perlu memberi sebuah batasan, maka asumsi-asumsi perlu dicantumkan.

B.     Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah narasi (uraian) atau pernyataan (proposisi) tentang kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan. Kerangka berpikir atau kerangka berfikir dalam sebuah penelitian kuantitatif, sangat menentukan kejelasan dan validitas proses penelitian secara keseluruhan. Melalui uraian dalam kerangka berpikir, peneliti dapat menjelaskan secara komprehensif variabel-variabel apa saja yang diteliti dan dari teori apa variabel-variabel itu diturunkan, serta mengapa variabel-variabel itu saja yang diteliti. Uraian dalam kerangka berpikir harus mampu menjelaskan dan menegaskan secara komprehensif asal-usul variabel yang diteliti, sehingga variabel-variabel yang tercatum di dalam rumusan masalah dan identifikasi masalah semakin jelas asal-usulnya.
Pada dasarnya esensi kerangka berfikir berisi: (1) Alur jalan pikiran secara logis dalam menjawab masalah yang didasarkan pada landasan teoretik dan atau hasil penelitian yang relevan. (2) Kerangka logika (logical construct) yang mampu menunjukan dan menjelaskan masalah yang telah dirumuskan dalam kerangka teori. (3) Model penelitian yang dapat disajikan secara skematis dalam bentuk gambar atau model matematis yang menyatakan hubungan-hubungan variabel penelitian atau merupakan rangkuman dari kerangka berfikir yang digambarkan dalam suatu model. Sehingga pada akhir kerangka berfikir ini terbentuklah hipotesis.
Di dalam menulis kerangka berpikir, ada tiga kerangka yang perlu dijelaskan, yakni: kerangka teoritis, kerangka konseptual, dan kerangka operasional. Kerangka teoritis atau paradigma adalah uraian yang menegaskan tentang teori apa yang dijadikan landasan (grand theory) yang akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti. Kerangka konseptual merupakan uraian yang menjelaskan konsep-konsep apa saja yang terkandung di dalam asumsi teoretis yang akan digunakan untuk mengabstraksikan (mengistilahkan) unsur-unsur yang terkandung di dalam fenomena yang akan diteliti dan bagaimana hubungan di antara konsep-konsep tersebut. Kerangka operasional adalah penjelasan tentang variabel-variabel apa saja yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih tadi dan bagaimana hubungan di antara variabel-variabel tersebut, serta hal-hal apa saja yang dijadikan indikator untuk mengukur variabel-variabel yang bersangkutan.
Selanjutnya secara sederhana penyusunan kerangka berpikir dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1.      Menentukan  paradigma atau kerangka teoretis yang akan digunakan, kerangka konseptual dan kerangka operasional variabel yang akan diteliti.
2.      Memberikan penjelasan secara deduktif mengenai hubungan antarvariabel penelitian. Tahapan berpikir deduktif meliputi tiga hal yaitu: (a) Tahap penelaahan konsep (conceptioning), yaitu tahapan menyusun konsepsi-konsepsi (mencari konsep-konsep atau variabel dari proposisi yang telah ada, yang telah dinyatakan benar). (b) Tahap pertimbangan atau putusan (judgement), yaitu tahapan penyusunan ketentuan-ketentuan (mendukung atau menentukan masalah akibat pada konsep atau variabel dependen). (c) Tahapan penyimpulan (reasoning), yaitu pemikiran yang menyatakan hal-hal yang berlaku pada teori, berlaku pula bagi hal-hal yang khusus.
3.      Memberikan argumen teoritis mengenai hubungan antar variabel yang diteliti. Argumen teoritis dalam kerangka pemikiran merupakan sebuah upaya untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah. Dalam prakteknya, membuat argumen teoritis memerlukan kajian teoretis atau hasil-hasil penelitian yang relavan. Hal ini dilakukan sebagai petunjuk atau arah bagi pelaksanaan penelitian. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, oleh karena argumen teoritis sebagai upaya untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah, maka hasil dari argumen teoritis ini adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian. Sehingga pada akhirnya produk dari kerangka pemikiran adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah (hipotesis).
4.      Merumuskan model penelitian. Model adalah konstruksi kerangka pemikiran atau konstruksi kerangka teoretis yang diragakan dalam bentuk diagram dan atau persamaan-persamaan matematik tertentu. Esensinya menyatakan hipotesis penelitian. Sebagai suatu kontruksi kerangka pemikiran, suatu model akan menampilkan: (a) jumlah variabel yang diteliti, (b) prediksi tentang pola hubungan antar variabel, (c) dekomposisi hubungan antar variabel, dan (d) jumlah parameter yang diestimasi.

C.     Pengajuan Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis.
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2010:110).
Terdapat dua macam hipotesis penelitian, yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesis nol dinyatakan dalam kalimat negatif.
Dalam statistik juga terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis kerja dan hipotesis alternative (hipotesis alternative tidak sama dengan hipotesis kerja). Dalam kegiatan penelitian, yang diuji terlebih dahulu adalah hipotesis penelitian terutama pada hipotesis kerjanya. Bila penelitian akan membuktikan apakah hasil pengujian hipotesis itu signifikan atau tidak, maka diperlukan hipotesis statistik. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah statistik inferensial. Statistik yang bekerja dengan data populasi adalah statistic deskriptif.
Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel dan data populasi. Yang diuji hipotesis nol karena peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi atau statistik parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi; sedangkan statistik adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.
1.      Bentuk-bentuk hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga, yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan), dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga, yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif/hubungan.
2.      Paradigma penelitian, rumusan masalah, dan hipotesis
Dengan paradigm penelitian, peneliti dapat menggunakannya sebagai panduan untuk merumuskan masalah dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya dapat digunakan untuk panduan dalam pengumpulan data dan analisis. Dalam setiap paradigm penelitian, minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif.
3.      Karakteristik hipotesis yang baik
a.                 Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih (pada umumnya hipotesis deskriptif tidak dirumuskan).
b.                Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
c.                 Dapat diuiji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.





RPS 7 & 8
A.  Pengertian Variabel Penelitian
            Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang akan diteliti. Menurut Kerlinger (2006: 49), variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari yang mempunyai nilai yang bervariasi. Kerlinger juga mengatakan bahwa variabel adalah simbol/lambang yang padanya kita letakan sebarang nilai atau bilangan. Menurut Sugiyono (2009: 60), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Selanjutnya menurut Suharsimi Arikunto (1998: 99), variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu titik perhatian suatu penelitian. Bertolak dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut dan sifat atau nilai orang, faktor, perlakuan terhadap obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 
B.  Jenis-Jenis Variabel Penelitian 
            Variabel dapat dikelompokkan menurut beragam cara, namun terdapat tiga jenis tiga jenis pengelompokkan variabel yang sangat penting dan mendapatkan penekanan. Karlinger, (2006: 58) antara lain:
1.    Variabel bebas dan variabel terikat
            Variabel bebas sering disebut independent, variabel stimulus, prediktor, antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel terikat atau dependen atau disebut variabel output, kriteria, konsekuen, adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat tidak dimanipulasi, melainkan diamati variasinya sebagai hasil yang dipradugakan berasal dari variabel bebas. Biasanya variabel terikat adalah kondisi yang hendak kita jelaskan. Dalam eksperimen-eksperimen, variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasikan (“dimainkan”) oleh pembuat eksperimen. Misalnya, manakala peneliti di bidang pendidikan mengkaji akibat dari berbagai metode pengajaran, peneliti dapat memanipulasi metode sebagai (variabel bebasnya) dengan mengggunakan berbagai metode.
            Dalam penelitian yang bersifat tidak eksperimental, yang dijadikan variabel bebas ialah yang “secara logis” menimbulkan akibat tertentu terhadap suatu variabel terikat. Contohnya, dalam penelitian tentang merokok dan kanker paru-paru, merokok (yang memang telah dilakukan oleh banyak subyek) merupakan variable bebas, sementara kangker paru-paru merupakan akibat dari merokok atau sebagai variabel terikat. Jadi variabel bebas adalah variabel penyebab, sedangkan variabel terikat yang menjadi akibatnya.
            Dalam bidang pendidikan variabel terikat yang paling lazim adalah, misalnya prestasi, atau “hasil belajar”. Untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik, peneliti memiliki sejumlah besar kemungkinan variabel bebasnya, antara lain: kecerdasan, kelas sosial, metode pembelajaran, tipe kepribadian, tipe motivasi (imbalan/hadiah dan hukuman), sikap terhadap sekolah, suasana kelas dan seterusnya. Untuk lebih mudah dipahami berikut ini ditampilkan skema mengenai penjelasan di atas. 
2.    Variabel aktif dan variabel atribut 
            Variabel aktif adalah variabel bebas yang dimanipulasi. Sembarang variabel yang dimanipulasikan merupakan variabel aktif. Misalnya peneliti memberikan penguatan positif untuk jenis kelakuan tertentu dan melakukan hal yang berbeda terhadap kelompok lain atau memberikan instruksi yang berlainan pada kedua kelompok tersebut atau peneliti menggunakan metode pembelajaran yang berbeda, atau memberikan imbalan kepada subyek-subyek dalam kelompok lain, atau menciptakan kecemasan dengan instruksi-instruksi yang meresahkan, maka peneliti secara aktif memanipulasi variabel metode, penguatan, dan kecemasan.
            Variabel atribut adalah yang tidak dapat dimanipulasi atau kata lain variabel yang sudah melekat dan merupakan ciri dari subyek penelitian. Misalnya: Intelegensi, bakat jenis kelamin, status sosial-ekonomi, sikap, daerah geografis suatu wilayah, dan seterusnya. Ketika kita melakukan penelitian atau kajian subyek-subyek penelitian kita sudah membawa variabel-variabel (atribut-atribut) itu. Yang membentuk individu atau subyek penelitian tersebut adalah lingkungan, keturunan, dan situasi-situasi lainnya.
            Perbedaan variabel aktif dan variabel atribut ini bersifat umum. Akan tetapi variabel atribut dapat pula menjadi variabel aktif. Ciri ini memungkinkan untuk penelitian relasi “yang sama” dengan cara berbeda. Misalnya kita dapat mengukur kecemasan subyek. Jelas bahwa dalam hal ini kecemasan merupakan atribut. Akan tetapi kita dapat pula memenipulasi kecemasan. Kita dapat menumbuhkan kecemasan dengan tingkat yang berbeda, dengan mengatakan kepada subyek-subyek yang termasuk dalam kelompok eksperimen (kelompok yang diteliti) bahwa yang harus mereka kerjakan sulit, maka tingkat kecerdasan mereka akan diukur dan masa depan mereka tergantung pada skor tes itu. Sedangkan kepada subyek lainya dipesan bahwa kerja sebaik-baiknya tetapi santai saja; hasil tes tidak terlalu penting dan sama sekali tidak mempengaruhi hari depan mereka. 
3.    Variabel kontinu dan variabel kategori 
            Sebuah variabel kontinu memiliki sehimpunan harga yang teratur dalam suatu cakupan (range) tertentu. Arti defenisi ini ialah:
·         Harga-harga suatu variabel kontinu mencerminkan setidaknya suatu urutan peringkat. Harga yang lebih besar untuk variabel itu berarti terdapatnya lebih banyak sifat tertentu (sifat yang dikaji) yang dikandungnya, dibandingkan dengan variabel dengan harga yang lebih murah. Misalnya, harga-harga yang diperoleh dari suatu skala untuk mengukur ketergantungan (depedensi) mengungkapkan ketergantungan dengan kadar yang berbeda-beda, yakni mulai dari tinggi, menengah/sedang, sampai rendah. 
·         Ukuran-ukuran kontinu dalam penggunaan nyata termuat dalam suatu range, dan tiap individu mendapatkan skor yang ada dalam range tersebut. Misalnya suatu skala untuk mengukur ketergantungan mungkin memiliki range dari 1 hingga 7. 
·         Secara teoritis terdapat himpunan harga atau nilai yang tak berhingga banyaknya dalam range itu. Demikianlah maka skor seseorang individu mungkin sekali adalah 4,72 dan bukan 4 atau 5. 

            Variabel kategori variabel yang berkaitan dengan suatu jenis pengukuran yang dinamakan pengukuran nominal. Dalam pengukuran nominal terdapat dua himpunan bagian (subset)  atau lebih yang merupakan bagian dari himpunan (set) obyek yang diukur. Individu-individu dikategorisasikan berdasarkan pemilikan ciri-ciri tertentu yang merupakan penentu suatu himpunan bagian. Jadi persoalah variabel ini adalah antara “ya” atau “tidak”. Contoh paling mudah adalah variabel kategori dikotomis: jenis kelamin, republik-demokrat, kulit putih-kulit hitam, dan sebagainya. Politomi, yakni pilihan (partisi) cukup lazim terdapat khususnya dalam sosiologi dan ilmu ekonomi: anutan agama, pendidikan, kewarganegaraan, pilihan pekerjaan, dan seterusnya. 
            Syarat-syarat yang dituntut variabel kategori dan variabel nominal, adalah semua anggota himpunan bagain dipandang sama. Misalnya, kalau variabel itu adalah anutan agama, semua penganut protestan adalah sama; semua penganut katolik adalah sama; dan semua penganut “lain-lain” pun sama. Jika seorang agama katolik, dia dimasukan dalam kategori “katolik” dan diberi angka (nomor) “1” dalam katergori tersebut. Variabel ini bersifat “demokratis” artinya, tidak mengenal tatanan peringkat atau ungkapan “lebih besar” maupun “lebih kecil” daripada di antara kategorinya. Semua anggota kategori memiliki nilai atau harga sama, yakni: Ungkapan variabel kualitatif kadang-kadang digunakan untuk menunjuk variabel-variabel kategori ini, khusunya dikotomi, barangkali juga untuk mengkontraskanya dengan variabel kuatitatif (variabel kontinu).
            Penggunaan ungkapan itu mencerminkan adanya gagasan yang agak menyimpang mengenai hakikat variabel. Variabel selalu dapat dikuantisasikan; jika tidak demikian, tentunya bukanlah variabel.  Sebelummnya dijelaskan bahwa konstruk adalah hal-hal yang tak teramati (non observable) sedangkan defenisi variabel secara operasional adalah hal-hal yang teramati (observable). Kerlinger (2006: 66) menambahkan bahwa hal yang dimaksud adalah “variabel laten”. Variabel laten adalah suatu utuhan obyek (entity) tak teramati yang diduga melandasi variabel amatan. Peneliti cenderung lebih berminat pada variabel-variabel laten, daripada relasi antara variabel-variabel amatan; sebab peneliti berupaya menjelaskan fenomena dan relasinya.  Istilah-istilah lain untuk mengungkapkan gagasan yang kira-kira sama misalnya konstruk disebut dengan variabel intervensi (intervening variabel). Variabel intervensi adalah istilah yang dibuat untuk menunjuk pada proses-proses psikologis yang internal dan tak teramati, yang pada gilirannya mengacu pada perilaku. suatu variabel intervensi ini “hanya ada di otak peneliti”  tidak dapat dilihat, didengar, atau diraba; disimpulkan dari perilaku. 
C.  Ciri – ciri KarakteristikVariabel Penelitian
            Dalam sebuah penelitian variabel memiliki tiga ciri khusus, yaitu: memiliki variasi nilai, membedakan satu objek dengan objek yang lainnya dalam satu populasi, dan bisa diukur.
1.    Variabel mimiliki nilai yang bervariasi. 
            Dikarenakan variabel membedakan satu objek dengan objek lain dalam satu populasi , maka variabel haruslah memiliki nilai yang bervariasi. Misalnya sebagai berikut: dari suatu populasi yang terdiri dari 40 orang mahasiswa, indeks prestasi atau IP hanya akan menjadi variabel bila terdapat variasi nilai dalam IP pada populasi tersebut. Dan sebaliknya, jika dari 40 orang mahasiswa tersebut tidak terdapat variasi nilai dalam IP karena memiliki nilai IP yang sama, maka IP bukan termasuk dalam konsep variabel dari populasi kelompok tersebut. Contoh yang lainnya, dari suatu populasi yang tinggal di suatu daerah tertentu, jenis pekerjaan atau profesi bukanlah merupaka variabel jika seluruh orang dalam populasi itu mempunyai profesi atau pekerjaan yang sama.
2.    Variabel membedakan satu objek dari objek yang lainnya.
            Objek – objek bisa menjadi anggota populasi karena memiliki suatu karakteristik yang sama. Walaupun sama, objek – objek dalam populasi masih bisa dibedakan satu sama lainnya dalam suatu variabel. Contohnya, populasi mahasiswa terdiri dari anggota yang mempunyai satu kesamaan karakterisktik, yaitu mahasiswa. Selain dari kesamaan tersebut, diantara mahasiswa tersebut memiiliki perbedaan dalam hal usia, agama, jenis kelamin, motivasi belajar, cara belajar, prestasi, tempat tinggal, pekerjaan orang tua, bakat, kecerdasa, dan sebagainya. Perbedaan – perbedaan tersebut merupakan variabel dikarenakan memiliki sifat membedakan di antara objek yang ada di dalam populasi mahasiswa tersebut.
3.    Variabel harus bisa diukur.
            Penelitian kuantitatif mengharuskan adanya hasil penelitian yang objektif, terukur dan selalu terbuka untuk diuji. Variabel berbeda dengan konsep, karena konsep belum tentu dapat diukur sedangkan variabel bisa diukur. Variabel adalah operasionalisasi konsep (Bouma, 1993:38). Contohnya sebagai berikut, belajar adalah konsep dan hasil belajar adalah variabel, mahasiswa adalah konsep dan jumlah mahasiswa adalah variabel. Dengan demikian data dari variabel penelitian harus stampak dalam perilaku yang bisa diukur dan diobservasi, misalnya prestasi belajar adalah jumlah jawaban yang benar dihasilkan oleh mahasiswa dalam mengerjakan sebuah tes.
Kegunaan dan Kriteria Variabel Penelitian 
1. Kegunaan Variabel
·         Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data 
·         Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data
·         Untuk pengujuian hipotesis 
2. Variabel penelitian yang baik 
·         Relevan dengan tujuan penelitian 
·         Dapat diamati dan dapat diukur
·         Dalam suatu penelitian, variabel perlu diidentifikasi, diklasifikasi, dan didefenisikan secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis

D.  Definisi operasional variabel
            Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi kepada kita tentang bagaimana caranya mengukur variabel. Definisi operasional adalah semacam petunjuk kepada kita tentang bagimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional merupakan informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang sama. Karena berdasarkan informasi itu, ia akan mengetahui bagaimana caranya melakukan pengukuran terhadap variabel yang dibangun berdasarkan konsep yang sama. Dengan demikian ia dapat menentukan apakah tetap menggunakan prosedur pengukuran yang sama atau diperlukan pengukuran yang baru.
     Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Logikanya, boleh jadi, antara peneliti yang satu dengan yang lain bisa beda definisi operasional dalam 1 judul skripsi yang sama. DO (Definisi Operasional) boleh merujuk pada kepustakaan





RPS 9 & 10
A. Desain Penelitian
Desain penelitian atau rancangan penelitian merupakan suatu rancangan yang dapat menuntun peneliti untuk memperoleh jawaban terhadap petanyaan penelitian. Dalam pengertian yang luas desain penelitian mencangkup pelbagai hal yang dilakukan peneliti, mulai dari identifikasi masalah, rumusan hipotesis, operasionalisasi hipotesis, cara pengumpulan data, hingga analisis data.
Pada hakekatnya desain penelitian merupakan suatu wahana untuk mencapai tujuan penelitian, yang juga berperan sebagai rambu-rambu yang menuntun peneliti dalam seluruh proses penelitian. Dalam gars besarnya, desain penelitian memiliki dua kegunaan yang amat penting dalam suatu proses penelitian, yakni :
1.      Sarana bagi peneliti untuk memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
2.      Merupakan alat bagi peneliti untuk mengendalikan atau mengontrol variabel yang berpengaruh dalam suatu penelitian.
Desain penelitian membantu penelitu untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan peneliti yang sahih, objektif, akurat, serta hemat. Desain penelitian harus disusun dan dilaksanakan dengan penuh perhitungan agar dapat memperhatikan bukti empiris yang kuat relevansinya dengan pertanyaan penelitian. Desain yang direncanakan dengan baik sangat membantu peneliti untuk mengandalkan observasi dan intervensi, serta untuk melakukan inferensi atau generalisasi hasil penelitian.
  1. Ruang Lingkup dari Desain Penelitian
Ruang lingkup design penelitian terdiri dari :
a.       Penentuan Judul Penelitian
Penentuan judul penelitian sangat penting karena dapat mengetahui objek penelitian, subjek apa yang akan diteliti, dimana lokasi penelitian, tujuan yang ingin di capai dan sasarannya.
Ada beberapa petunjuk bagi seorang peneliti yang akan melakukan penelitian dalam menentukan judul, yaitu :
·         Keterjangkauan
·         Ketersedian Data
·         Signifikansi Judul yang dipilih
Beberapa syarat yang diperlukan untuk memilih judul penelitian, yaitu :
·         Judul ditetapkan setelah peneliti mengetahui permasalahan pokok objek yang akan diteliti
·         Judul penelitian mencerminkan keseluruhan isi penulisan
·         Judul harus mengemukakan kalimat singkat dan jelas
b.      Penentuan masalah penelitian.
Masalah penelitian itu merupakan pedoman kegiatan penelitian. Dalam penelitian, masalah berperan untuk mengarahkan kegiatan penelitian. Tanpa rumusan masalah, peneliti akan kesulitan dalam pelaksanaan dan penulisan penelitiannya.
Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam perumusan masalah yaitu:
·         Masih berhubungan dengan judul utama
·         Mendukumg tujuan penelitian
·         Mengembangkan atau memperluas cara-cara pengujian suatu teori
·         Memberikan  sumbangan terhadap metodelogi penenelitian
·         Menunjukan variable-variabel yang ditelitian
c.       Penentuan tujuan penelitian.
Tujuan penelitian dapat mengarahkan peneliti untuk mencapai sasaran dan target yang ingin dicapai. Tujuan penelitian terdiri dari tujuan utam dan tujuan sekunder. Tujuan utama sangat erat kaitannya dengan judul dan masalah penelitian, sedangkan tujuan sekunder sangat tergantung pada keinginan pribadi seorang peneliti, dengan kata lain lebih bersifat subjektif bagi peneliti.
d.      Penentuan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan namun perlu menguji kebenarannya.
Ada beberapa cara untuk merumuskan hipotesis anatara lain yaitu sebagai berikut:
·         Hipotesis yang baik harus searah dan mendukung Judul, Masalah, dan Tujuan Penelitian
·         Hipotesis harus dapat diuji dengan data empiris
·         Hipotesis harus bersifat spesifik
Dalam statistik dikenal ada dua macam hipotesis yaitu:
·         Hipotesis nol (H0): hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan dan tidak ada perbedaan atau tidak ada pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.
·         Hipotesis alternative (Ha): hipotesis yang menyatakan adannya ketidaksamaan atau adanya perbedaan dan saling mempengaruhi anatara variabel satu dengan variable yang lain.
e.       Penentuan populasi dan sampel penelitian
Yang harus diperhatikan dalam menentukan sampel penelitian, adalah :
·         Tentukan populasi di daerah penelitian.
·         Tentukan jumlah sampel yang akan diteliti
·         Tentukan metode pengambilan sampel
f.       Penentuan metode dan teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data terdiri atas beberapa cara yaitu :
·         Osevasi
·         Wawancara
·         Angket
·         Pengumpulan data skunder
·         Pengumpulan data melalui penginderaan jauh
  1. Penentuan cara mengolah dan menganalisis data.

B.  Desain Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian harus mempertimbangkan secara matang pendekatan yang tepat baik sintektik maupun analitik, dan tujuan dari penelitian tersebut apakah bersifat heuristik maupun deduktif. Peneliti dapat menggabungkan pendekatan-pendekatan ini. Sebagai contoh, hipotesis yang diturunkan dari penelitian sintektik-heuristik kemudian dapat dipilih menjadi dasar penelitian dengan menggunakan desain analitik-deduktif.
Perbedaan yang paling mendasar terletak pada sifat intrinsik subjek penelitian, peran peneliti, dan apakah kebenaran diperoleh melalui fakta yang objektif atau persepsi subjektif. Hasil yang ditunjukkan oleh perbaikan verbal pembelajar bahasa sebagai strategi pemerolehan berbeda dengan hasil yang ditunjukkan oleh nilai kuantitatif pada judgment test yang dikontrol dalam penelitian eksperimental.
Perbedaan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif  (Menurut Fraenkel dan Wallen, 1993)
No
Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kualitatif
1
Menekankan hipotesis jadi yang dirumuskan sebelumnya.
Menekankan hipotesis yang berkembang dalam pelaksanaan penelitian.
2
Menekankan definisi operasional yang dirumuskan sebelumnya.
Menekankan definisi dalam konteks atau perkembangan penelitian.
3
Data diubah menjadi skor numerik.
Menekankan deskripsi naratif.
4
Menekankan pengukuran dan penyempurnaan keajegan skor yang diperoleh dari instrumen.
Menekankan pada asumsi bahwa keajegan inferensi cukup kuat.
5
Pengukuran validitas melalui rangkaian perhitungan statistik.
Pengukuran validitas melalui cek silang dari sumber informasi.
6
Menekankan teknik acak untuk mendapatkan sampel representatif.
Menekankan informasi ekspert untuk mendapatkan sampel purposif.
7
Menekankan prosedur penelitian yang baku.
Menekankan prosedur penelitian deskriptif naratif.
8
Menekankan desain untuk pengontrolan variabel ekstranus.
Menekankan analisis logis dalam pengontrolan variabel ekstranus.
9
Menekankan desain untuk pengontrolan khusus untuk menjaga bias dalam prosedur penelitian.
Menekankan kejujuran peneliti dalam pengontrolan prosedur bias.
10
Menekankan rangkuman statistik dalam hasil penelitian.
Menekankan rangkuman naratif dalam hasil penelitian.
11
Menekankan penguraian fenomena.
Menekankan deskripsi holistik.

































C. Desain Penelitian Eksperimen
Rancangan penelitian eksperimental dikelompokan menjadi tiga, yakni :
  1. Rancangan-rancangan praeksperimen (pre experimental designs)
a.       Posttest Only Design
Dalam rancangan oni perlakuan atau intervesi telah dilakukan (X) kemudian dilakukan pengukuran (observasi) atau posttest (02). Selama tidak ada kelompok kontrol, hasil 02 tidak mungkin dibandingkan dengan yang lain. Rancangan ini sering disebut “The One Shot Case Study”. Hasil observasi ini (02) hanya memberikan informasi yang bersifat deskriptif yang digambarkan sbb :

Dalam rancangan ini sama sekali tidak ada kontrol dan tidak ada internal validitasnya. Sifatnya yang cepat dan mudah, menyebabkan rancangan ini sering digunakan untuk meneliti suatu program yang inovatif, misalnya dalam bidang pendidikan kesehatan.
b.      Rancangan One Group Pretest Posttest
Rancangan ini juga tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi peling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (program).
Kelemahan dari rancangan ini antara lain tidak ada jaminan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen karena intervensi atau perlakuan. Tetapi perlu dicatat bahwa rancangan ini tidak terhindar dari berbagai macam (kelemahan) terhadap validitas, misalnya sejarah, testing, maturasi, dan instrumen.
c.       Perbandingan Kelompok Statis
Rancangan ini seperti rancangan pertama, hanya bedanya menambahkan kelompok kontrol atau kelompok pembanding. Kelompok eksperimen menerima perlakuann (X) yang diikuti dengan pengukuran kedua atau observasi (02). Hasil observasi kemudian dibandingkan dengan hasil observasi pada kelompok kontrol, yang tidak menerima program atau intervensi
2.      Rancangan-rancangan eksperimen sungguhan (true experimental designs).
a.       Rancangan Pretest Posttest dengan Kelompok Kontrol
Rancangan ini menggunakan randomisasi maksudnya pengelompokan anggota kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan berdasarkan pengacakan. Kemudian dilakukan pretest (01) pada kedua kelompok tersebut, dan diikuti intervensi (X) pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu dilakukan posttest (02) pada kedua kelompok tersebut.
Rancangan ini sulit digunakan karena saat di lapangan biasanya sulit bahkan tidak mungkin melakukan randomisasi. Disamping itu, dari sedi aspek lain, tidak mungkin melakukan intervensi pada kelompok yang satu dan tidak melakukan intervensi pada kelompok yang lain. Rancangan ini dapat diperluas, dengan melibatkan lebih dari satu variabel bebas. Dengan kata lain perlakuan dilakukan lebih dari satu kelompok, dengan bentuk perlakuan yang berbeda.
b.      Rancangan Randomized Salomon Four Group
Pada rancangan ini dapat mengatasi kelemahan eksternal validitas yang ada pada rancangan randomized control group pretest posttest. Apabila pretest mungkin mempengaruhi subjek sehingga menjadi sensitif terhadap perlakuan (X) dan bereaksi berbeda dari subjek yang tidak mengalami pretest dengan perlakuan (X).
  1. Rancangan Posttest dengan kelompok kontrol
Perdedaan rancangan ini dengan rancangan yang lain yaitu tidak adanya pretest, karena kasus-kasus telah dirandomisasi baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Kelompok-kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan perlakuan. Dengan rancangan ini, memungkinkan peneliti mengukur pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen dengan cara membbandingkan kelompok tersebut dengan kelompok kontrol.
a.       Rancangan-rancangan eksperimen semu (quasi experimental designs).
Rancangan eksperimen semu ini mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman validitas. Perbedaan penelitian eksperimen sungguhan dengan penelitian eksperimen semu terletak pada randomisasi, maka rancangan penelitian eksperimen sungguhan dapat digunakan sebagai rancangan penelitian eksperimen semu, tanpa menggunakan simbol Randomization.
b.      Rancangan Rangkaian Waktu
Rancangan ini seperti rancangan pretest posttest, kecuali mempunyai keuntungan dengan melakukan observasi (pengukuran yang berulang), sebelum dan sesudah perlakuan.
01 02 03 04                             X                      05 06 07 08
                        Pretest                           Perlakuan            Posttest
c.       Rancangan Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding
Rancangan ini menggunakan kelompok kontrol (pembanding). Rancangan ini lebih memungkinkan adanya kontrol terhadap validitas internal sehingga keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya validitas internal yang tinggi.
01 02 03 04            X             05 06 07 08
01 02 03 04            X             05 06 07 08
                     Pretest           Perlakuan          Posttest
d.      Rancangan Non Equivalent Control Group
Rancangan ini sangat baik digunakan untuk evaluasi program pendidikan kesehatan atau pelatihan lainnya. Disamping itu rancangan ini baik juga digunakan untuk menbandingkan hasil intervensi program kesehatan di suatu kecamatan atau desa, dengan kecamatan atau desa lainnya. Dalam rancangan ini pengelompokan anggota sampel padda kelompok eksperimen dan kelompok konterol tidak dilakukan secara random atau acak.
                        Pretest       Perlakuan       Posttest
01                    X                      02
01                                            02
e.       Rancangan Separate Sampel Pretest Posttest
Rancangan ini biasa digunakan dalam penelitian kesehatan dan keluarga berencana. Pengukuran pertama (pretest) dilakukan terhadap sampel yang dipilih secara acak dari populasi tertentu. Kemudian dilakukan intervensi pada seluruh populasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kedua (posttest) pada kelompok sampel lain yang dipilih acak dari populasi yang sama.
                        Pretest       Perlakuan       Posttest
01                    X
X                      02




RANCANGAN PENELITIAN

A.    Konsep Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Pada dasarnya rancangan penelitian merupakan “blueprint” yang menjelaskan setiap prosedur penelitian mulai dari tujuan penelitian sampai dengan analisis data.
Rancangan penelitian dibuat dengan tujuan agar pelaksanaan penelitian dapat dijalankan dengan baik , benar dan lancar. Komponen yang umumnya terdapat dalam rancangan penelitian adalah :
1. Tujuan penelitian
2. Jenis penelitian yang akan digunakan
3. Unit analisis atau populasi penelitian
4. Rentang waktu dan tempat penelitian dilakukan
5. Teknik pengambilan sampel
6. Teknik pengumpulan data
7. Definisi operasional variabel penelitian
8. Pengukuran
9. Teknik analisis data.
10. Instrumen pencarian data (mis. Kuesioner)

B.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah hasil akhir penelitian itu sendiri. Fungsi tujuan penelitian, di samping untuk mengarahkan proses penelitian, juga dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan penelitian. Tujuan penelitian dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan penelitian (research questions) dan atau juga hipotesis penelitian.
C.    Jenis Penelitian yang Akan Digunakan
Beberapa jenis penelitian yang banyak dipakai dalam ilmu administrasi atau manajemen adalah penelitian deskriptif, korelasional, eksperimental. Penelitian deskriptif bertujuan memberikan gambaran fenomena yang diteliti secara apa adanya, namun lengkap dan rinci. Satu contoh yang banyak dari penelitian deskriptif adalah penilaian sikap atau pendapat dari individual, organisasi, peristiwa, atau prosedur kerja. Beberapa contoh pertanyaan penelitian yang dicoba ditemukan jawabannya melalui penelitian deskriptif adalah sebagai berikut :
• Bagaimana manajer menghabiskan waktu kerjanya?
• Bagaimana sikap pegawai terhadap jadwal kerja “flex-time”?
• Bagaimana organisasi melakukan proses seleksi pegawai ?
• Bagaimana koordinasi kerja antar bagian dalam organisasi?

D.    Unit Analisis atau Populasi Penelitian
Individual, Misalnya ingin mengetahui kepuasan pegawai, maka unit analisisnya adalah individu-individu pegawai.
Kelompok, Misalnya ingin mengetahui kinerja antar departemen atau gugus kendali mutu, maka unit analisisnya adalah kelompok.
Organisasi, Misalnya ingin mengukur kualitas pelayanan kantor X, maka unit analisisnya adalah organisasi.
Benda, Misalnya menilai kualitas susu bubuk untuk bayi, maka unit analisis- nya adalah produk, berupa susu bayi.
E.     Rentang Waktu dan Tempat Penelitian Dilakukan
One shot or Cross section studies, data dikumpulkan hanya sekali.
Longitudinal studies, data dikumpulkan dalam beberapa periode waktu tertentu. Misalnya untuk meneliti disiplin pegawai, peneliti mengamati perilaku pegawai selama enam bulan.      
F.     Teknik Pengambilan Sampel
Secara umum ada dua teknik, yaitu :
·                 - Sampling Probabilistik (Acak)
·                 Simple Random Sampling
·                 Stratified Random Sampling
·                 Area Sampling
·                 Cluster Sampling
·                 Systematic Sampling
·                 - Sampling Non Probabilistik (Non-Acak)
·                 Accidental Sampling
·                 Convienience Sampling
·                 Snow-Ball Sampling
·                 Purposive Sampling

G.    Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :
·                Wawancara
·                Kuisioner
·                Observasi
·                Studi Dokumentasi
Sebuah penelitian bisa hanya menggantungkan pada satu cara pengumpulan data, tetapi bisa juga mengkombinasikannya. Misalnya, untuk mencari data dari variable motivasi kerja menggunakan kuesioner, sedangkan untuk mencari data pendapatan, gaji, atau upah, menggunakan teknik observasi.
 
H.    Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel adalah upaya untuk mengurangi keabstrakan konsep atau variabel penelitian, sehingga bisa dilakukan pengukuran. Beberapa peneliti menggunakan istilah indikator. Misalnya, untuk mengukur disiplin pegawai, maka dihitung frekuensi ketepatan masuk kerja, kepatuhan pada peraturan, dlsb. Untuk mengetahui produktivitas, dihitung perbandingan antara hasil herja dengan waktu kerja. Bagi penelitian kuantitatif, langkah ini mutlak dilakukan.

I.       Pengukuran Variabel Penelitian
Jenis skala pengukuran untuk setiap variabel penelitian perlu diketahui dengan benar. Hal ini berguna untuk menetapkan rumus atau perhitungan- perhitungan statistik. Misalnya, untuk variabel yang berskala nominal tidak mungkin dihitung rata-ratanya. Skala pengukuran yang ada adalah nominal, ordinal, interval, dan rasio.

J.      Teknik Analisis Data
Sebelum data dianalisis, diolah terlebih dahulu. Maka dikenal proses editing, coding, master table, dan lain-lainnya. Analisis data mencakup kegiatan mengukur reliabilitas dan validitas, mean, deviasi standar, korelasi, distribusi frekuensi, uji hipotesis, dan lain sebagainya.

K.    Instrumen Pencarian Data
Ada beberapa alat yang dikenal sebagai alat pengambil data dalam penelitian sosial / bisnis. Alat-alat tersebut mencakup wawancara, kuesioner atau angket, observasi, dan studi dokumentasi





RPS 11

A.    Pengertian Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah proses keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis melalui bukti fisis. Pada ilmu fisika, metode ilmiah memastikan didapatkannya suatu kesimpulan yang didukung oleh bukti-bukti dan tersusun secara sistematis. Jika tidak dilakukan metode ilmiah maka eksperimen-eksperimen yang dilakukan akan meragukan dan tidak dapat ditetapkan hukum atau rumus yang jelas akan terjadinya suatu fenomena fisis.

B.     Unsur-unsur Metode Ilmiah

1.      Karakterisasi, Identifikasi sifat-sifat utama yang relevan milik subjek yang diteliti dengan pengamatan dan pengukuran.
2.      Hipotesis, Dugaan teoritis sementara yang menjelaskan hasil pengukuran
3.      Prediksi, Deduksi logis dari hipotesis
4.      Eksperimen, Pengujian atas hubungan karakterisasi dengan prediksi dan hipotesis
5.      Evaluasi dan pengulangan, Penilaian atas ketepatan hipotesis dan prediksi berdasar hasil yang didapat saat eksperimen, dan pengulangan pada tahap-tahap tertentu apabila tidak didapatkan hasil yang sesuai.

C.     Kriteria Metode Ilmiah

  1. Berdasarkan fakta
Analisis dan pengambilan kesimpulan yang dilakukan harus didasari pada fakta-fakta yang nyata terjadi, bukan dari opini-opini peneliti saja.
  1. Bebas dari prasangka
Saat melakukan eksperimen, peneliti tidak boleh memiliki prasangka. Peneliti boleh memiliki hipotesis, namun eksperimen harus dijalankan secara objektif meskipun diperkirakan hasil tidak sesuai hipotesis.
  1. Menggunakan prinsip-prinsip analisis
Penarikan kesimpulan berdasar metode ilmiah harus menggunakan prinsip-prinsip analisis. Hal ini mengartikan dibutuhkannya kejelasan urutan berpikir dan kejadian dalam menjelaskan suatu fenomena fisika. Komponen-komponen permasalahan dan hubungan diantaranya harus diketahui dengan jelas dan dapat dijelaskan secara runut.
  1. Perumusan Masalah atau pembuatan hipotesis
Metode ilmiah melibatkan suatu perumusan masalah yang diteliti atau hipotesis penjelasan atas terjadinya suatu fenomena.
  1. Menggunakan ukuran objektif
Hasil eksperimen harus diukur dengan suatu ukuran yang objektif, bukan subjektif. Hal ini ditujukan agar hasil eksperimen dipahami dengan mudah oleh setiap orang, dan seminimal mungkin dipengaruhi subjektivitas peneliti. Contoh ukuran objektif adalah satuan-satuan internasional seperti meter untuk mengukur panjang, dan kilogram untuk mengukur massa. Contoh ukuran subjektif adalah ukuran yang relatif terhadap benda yang tidak pasti ukurannya, seperti sejengkal, semata kaki, dan lain-lain.
  1. Menggunakan teknik kuantitatif, atau ditambahkan kualitatif
Teknik kuantitatif dengan ukuran yang objektif akan memberikan hasil yang dapat dimengerti secara universal dan minim subjektivitas peneliti. Namun, dapat juga digunakan teknik kualitatif apabila hasil yang didapatkan sulit dideskripsikan dengan suatu ketentuan kuantitatif. Contohnya, pertumbuhan tanaman dinyatakan secara kuantitatif (misal: tumbuh 10 cm dalam 5 hari) dan perkembangannya dinyatakan secara kualitatif (misal: tumbuh bunga dalam 5 hari).

D.    Karakteristik Metode Ilmiah

  1. Bersifat kritis dan analitis
Metode ilmiah berarti peneliti dengan rinci melakukan observasi dan eksperimen untuk mendapatkan hasil yang relevan dan akurat.
2.      Bersifat logis
Metode ilmiah berarti langkah-langkah yang dilakukan peneliti dapat dijelaskan dengan logis, bukan berdasar firasat atau hal lain yang tidak dapat dijelaskan dengan logika.
3.      Bersifat obyektif
Hasil-hasil yang didapat harus merupakan hasil yang objektif, artinya hasil itu tidak eksklusif hanya bisa dilakukan oleh peneliti dan bukan merupakan hasil rekayasa.
4.      Bersifat empiris
Hasil didapatkan dari kejadian nyata yang benar-benar terjadi, bukan karangan atau berbasis hanya dari opini peneliti sendiri atau orang lain.
5.      Bersifat konseptual
Berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep suatu fenomena. Penelitian bukan terbatas hanya pada fakta-fakta yang dapat dirasakan atau dilihat secara nyata, tetapi juga penjelasan konsep bagaimana fakta-fakta tersebut terjadi dan kaitan diantaranya.

E.     Langkah-langkah Metode Ilmiah

  1. Observasi Awal
Peneliti mengamati keadaan awal dari objek penelitian. Pada kegiatan ini dilakukan karakterisasi objek dan analisis terhadap sifat-sifatnya.
  1. Identifikasi Masalah
Menemukan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian.
  1. Perumusan hipotesis
Membuat rumusan awal yang menjelaskan permasalahan yang ingin diangkat. Hipotesis bersifat sementara karena belum adanya hasil objektif dari eksperimen, oleh karena itu hipotesis tidak bisa dijadikan kesimpulan hasil penelitian ilmiah.
  1. Eksperimen
Percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menganalisis permasalahan yang ingin diidentifikasi. Eksperimen yang umum dilakukan adalah rekayasa penciptaan ulang permasalahan, dengan kata lain peneliti meniru proses terjadinya permasalahan yang diteliti. Pada eksperimen variabel-variabel yang berpengaruh pada proses fisis dikendalikan sebaik mungkin, sehingga peneliti benar-benar mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh pada hasil eksperimen tersebut.
  1. Analisis Hasil
Peneliti melakukan analisis terhadap hasil eksperimen. Analisis ini dikembangkan dari rumusan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, terutama apakah hipotesis yang dibuat dapat menjelaskan fenomena permasalahan yang terjadi atau tidak. Jika terdapat hubungan yang jelas atau kesesuaian antara hasil eksperimen dengan hipotesis, maka hasil analisis dapat dijadikan sebagai dasar penarikan kesimpulan. Jika tidak, maka dilakukan pengulangan langkah-langkah sebelumnya. Pengulangan dapat dilakukan dari tahapan perumusan hipotesis atau dari tahap eksperimen.
  1. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan menjadi penutup dari langkah-langkah penelitian dengan metode ilmiah. Setelah hasil dianalisis dan dihubungkan dengan hipotesis, peneliti dapat menarik kesimpulan yang menjelaskan hubungan-hubungan tersebut dengan singkat. Kesimpulan sejatinya dibuat dengan jelas dan padat, menggambarkan inti dari eksperimen dan tidak keluar dari eksperimen yang dilakukan.




RPS 12 – 15
Metodologi penelitian merupakan sebuah proses ilmiah berupa cara untuk memperoleh data yang dapat digunakan dalam kepentingan penelitian ilmiah. Suatu metodologi adalah analisis teoretis tentang suatu metode. Sedangkan penelitian merupakan penyelidikan secara ilmiah dan sistematis dalam rangka mengembangkan pengetahuan.
Tujuan penelitian adalah mendapatkan suatu rumusan hasil dari suatu penelitian melalui proses mencari, menemukan, mengembangkan, serta menguji suatu pengetahuan. Selain itu, penelitian digunakan untuk memecahkan atau menyelesaikan suatu permasalahan yang ada.
Suatu penelitian dapat dikategorikan baik bila memenuhi unsur seperti spesifik, terbatas, bisa diukur, dan bisa diperiksa dengan menunjukkan hasil penelitian.
Berikut ini beberapa tujuan penelitian secara yaitu:
  1. Untuk mendapatkan pengetahuan baru dalam beberapa bidang.
  2. Untuk mengembangkan pengetahuan yang telah ada.
  3. Menguji kebenaran dari pengetahuan sudah ada.
Untuk tujuan penelitian secara rinci terbagi menjadi 2 jenis. Untuk penjelasan selengkapnya sebagai berikut:

1.      Tujuan penelitian ilmiah

Secara ilmiah, penelitian merupakan usaha untuk mengetahui sesuatu hal. Namun, pengetahuan yang didapat tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Nama lain dari kegiatan ini adalah basic research atau juga pure research.

2.      Tujuan penelitian praktis

Tujuan praktis dalam penelitian adalah hasil yang bisa dimanfaatkan langsung dalam kehidupan. Penelitian ini disebut juga dengan applied research, sebuah penelitian untuk menetapkan nilai terhadap suatu barang. Contohnya adalah dalam penentuan harga barang yang akan dijual. Selain itu ada beberapa tujuan, yaitu:

a.       Tujuan eksplorati, Kegiatan penelitian yang dilakukan dalam rangka menemukan pengatahuan yang baru dan belum pernah ada.
b.      Tujuan verivikatif, Untuk menguji kebenaran yang didapatkan dari kegiatan penelitian yang telah ada.
c.       Tujuan pengembangan (development), Untuk mengembangkan dan menggali lebih dalam suatu konsep yang sedang dikembangkan.



A.    Manfaat Penelitian

Dengan mempelajari mengenai metode penelitian maka akan ada manfaat dari ilmu ini. beberapa manfaat metodologi penelitian sebagai berikut:
1.      Mampu menyusun karya tulis yang baik, bisa dalam bentuk paper, skripsi, dan beberapa karya ilmiah.
2.      Memahami tujuan penting dari riset atau penelitian. Sehingga dapat menyusun keputusan dengan tepat.
3.      Mampu menilai hasil penelitian yang telah ada. Seperti untuk mengukur kebenaran dari hasil penelitian.

B.     Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian menurut Scott W. Vanderstoep and Deirdre D. Johnsto. Mereka berpendapat bahwa kendati bermacam-macam, pendekatan penelitian bisa dibagi menjadi 2 kelompok, sebagai berikut:
1.      Pendekatan Kualitatif
Pendekatan penelitian kuantitatif lebih menekankan pada penilaian angka-angka terhadap permasalahan yang sedang diteliti.
2.      Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan penelitian kualitatif menekankan pada penjelasan deskriptif terhadap permasalah yang sedang diteliti.

C.     Jenis jenis Penelitian

Penelitian berdasarkan tujuan

1.      Penelitian Eksploratoris

Penelitian eksploratoris merupakan penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang tidak familiar dengan masalah yang diteliti. Sesuatu yang diteliti merupakan hal baru serta belum banyak yang mengulas mengenai hasil penelitian tersebut.

2.      Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif merupakan tujuan penelitian untuk memberikan penjelasan mengenai suatu permasalah sosial yang menjadi objek penelitian. Pada penelitian jenis ini umumnya mendeskripsikan suatu permasalahan berdasakan beberapa indikator yang dijadikan dasar penentuan adanya permasalah atau tidak.

3.      Penelitian Eksplanatoris

Penelitian eksplanatoris merupakan sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan jawaban atas suatu permasalahan sosial dengan permasalaha sosial yang lainnya. Seperti suatu variable berhubngan dengan variable lainnya atau tidak. Bisa dikatakan penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hipotesis yang diketengahkan oleh peneliti.
Penelitian yang Dibedakan Atas Dasar Kegunaannya

1.      Penelitian Murni

Penelitian murni bertujuan untuk mengembangkan sebuah ide, konsep atau teori, menguji serta mengkaji hipotesis. Dan juga untuk menguji kebenaran suatu teori yang telah ada.

2.      Penelitian Terapan

Penelitia terapan bertujuan untuk memecahkan atau menyelesaikan solusi dari suatu permasalahan pada suatu komunitas masyarakat. Fungsi dari penelitian ini bersifat praktis, yaitu untuk mendapatkan solusi dari suatu permasalahan.

3.      Penelitian Aksi

Penelitian aksi bertujuan untuk menyelesaikan masalah dengan cara melakukan tindakan  secara nyata supaya segera mendapatkan solusi yang terbaik.

4.      Penelitian Kebijakan

Penelitian kebijakan bertujuan untuk menentuan suatu kebijakan berdasarkan data dan fakta lapangan. Hasil dari penelitian ini berupa peraturan, undang-undang, surat keputusan, dan segala hal yang memiliki kekuatan hukum

5.      Penelitian Evaluasi

Penelitian evaluasi bertujuan untuk memberikan nilai pada suatu program, kegiatan, dan kebijakan yang ditujukan untuk mengintervensi masyarakat.

D.    Macam macam Metode Penelitian

1.      Metode Historis

Metode historis memiliki kegunaan untuk merekonstruksi masa lampu secara sistematis dan obyektif. Melalui cara pengumpulan data, menilai, verifikasi dan mensintesiskan bukti lapangan. Hal tersebut dilakukan agar mendapatkan kesimpulan yang kuat dalam hubungan antar hipotesis.
Dalam pengunaan metode historis, dilakukan peneliti ilmuwan sosial yang telah mengajukan beberapa pertanyaan terbuka terhadap suatu kejadian masa lampau. Selanjutnya memberikan beberapa jawaban dengan beberapa data dan kata yang telah disusun dalam format paradigma penjelesan.
Sehingga penelitian yang memakai metode historis adalah sebuah penelitian yang sangat kritis terhadap keadaan dan perkembangan sosial. Selain itu juga pengalaman masa lampau dan meninmbang dengan teliti, hati-hati pada setiap sumber-sumber sejarah, ditambah dalam menginterprestasikannya.

2.      Metode Deskriptif

Metode dekripsi memiliki tujuan untuk mengumpulkan data secara rinci dan aktual. Didalam penelitian ini menjelaskan gejala-gejala yang telah ada seperti mengenali masalah dan memeriksa kondisi serta pratek yang masih berlaku. Penelitian ini juga membuat komparasi atau perbandingan mengenai yang dilakukan dalam menentukan solusi menghadipi suatu permasalahn. Kemudian mempelajari pengalaman mereka dalam menentukan rencana ke depan.
Sehingga dalam menggunakan metode penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis suatu fakta tertentu secara aktual dan teliti. Selain itu metode ini juga tidak sekadar menjabarkan analisa namun juga memadukan dari klasifikasi dan organisasi.
Bisa disimpulkan bahwa penelitian deskriptif merupakan metode dalam mencari dan menemukan suatu teori. Sehingga dalam prakteknya, metode ini lebih menekankan pada observasi lapangan dengan kondisi alamiah.

3.      Metode Korelasional

Metode korelasi merupakan metode dengan cara menjelaskan hubungan dari satu variabel dengan variabel yang lain. Dalam proses menemukan hubungan itu disebut korelasi. Sehingga metode ini merupakan mencari hubungan antara variabel yang sedang diteliti.
Tujuan dari metode korelasi adalah untuk mendapatkan data sejauh mana variabel tertentu mempengaruhi atau memiliki hubungan dengan variabel yang lain. Bila ada dua variabel disebut dengan korelasi sederhana dan apabila lebih dari dua maka disebut korelasi berganda. Sedangkan dalam penentuan hubungan atau korelasi dua variable menggunakan koefisien korelasi atau determinasi.

4.      Metode Eksperimental

Metode eksperimental merupakan salah satu jenis metode penelitian yang memungkinkan peneliti untuk mengubah variabel serta meniliti akibat yang terjadi. Pada prakteknya beberapa variabel akan dikontrol, sehingga variable yang tidak termasuk di dalamnya dapat dihilangkan. Tujuan dari metode eksperimental adalah untuk mencari serta mendapatkan korelasi sebab-akibat dengan memenipulas beberapa variabel. Hal ini dilakukan pada kelompok eksperimental selanjutnya membandingkan hasil yang didapatkan dengan kelompok yang tidak dimanipulasi variabelnya.Yang dimaksud manipulasi merupakan mengubah secara sistemtis sifat-sifat dan nilai variabel bebas. Sedangkan kontrol ialah kunci dari metode ini, karena tanpa adanya kontrol akan menghasilkan data yang kurang akurat.

5.      Metode Kuasi Eksperimental

Metode kuasi eksperimental merupakan perkembangan dari metode eksperimental. Bedanya dalam peneliti ini, peneliti tidak bisa mengatur secara sepihak terhadap variabel bebas.
Ada beberapa ciri utama untuk mengetahui metode kuasi eksperimental. Penjelasannya sebagai berikut :
a.       Peneliti tidak boleh meletakkan subjek secara acarea pada kelompok eksperimental atau kelompok kontrol. Namun, penelit daoat mencari kelompok subjek yang didalamnya terdapat variabel bebas atau kelompok lain yang tida terdapat variabel bebas.
b.      Peneliti tidak bisa memakai variabel bebes sekehendaknya.

E.     Metode Penelitian Kualitatif

Metode penelitian kualitatif adalah sebuah metode penelitian yang menekankan pada pemahaman yang mendalam terhadap suatu permasalahan tertentu. Penelitian kualitatif juga merupakan penelitian riset yang bersifat deskripsi, dan lebih banyak menggunakan analisis serta menekankan pada proses pemaknaan.
Tujuan metode kualitatif adalah untuk memahami secara mendalam dan keseluruhan pada suatu permasalahn yang sedang diteliti secara mendetail.

Ciri-Ciri Penelitian Kualitatif

  1. Lingkungan dijadikan sebagai sumber data
Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alami sebagai sumber informasi atau data. Selain itu, kajian dalam penelitian ini umumnya juga mengenai peristiwa yang sedang terjadi dalam suatu komunitas sosial tertentu.
Pelaksanaan penelitian bisa dilakukan secara langusng terhadap lingkungan tempat terjadinya suatu peristiwa. Secara garis besar tahapan yang dilakukan seperti pengamatan, mencatat, menggali informasi dari sumber yang terkait peristiwa yang sedang dikaji.
  1. Miliki sifat deskriptif analitik
Kumpulan data yang telah diperoleh dari pengamatan di lapangan disusun oleh peneliti. Data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara, dokumentasi, dan analisa kejadian. Kemudian peneliti menganalisa data dengan cara menambah referensi sumber. Dan selanjutnya data tersebut dibandingan dengan yang sebelumnya pernah ada.
  1. Menekankan pada proses penelitian
Data yang dibutuhkan dalam penelitian kualitatif berhubungan dengan pertayaan untuk menjelasakan mengenai proses, bukan pada hasil dari penelitian. Yang dimaksud pertanyaan ini lebih mengenai penjelasan keadaan yang asli mengenai kegiatan, tahapan, dan prosedur. Selain itu juga pertanyaan mengenai alasan dan interaksi yang dilakukan saat kejadian.

  1. Bersifat Induktif
Penelitian kualitatif dimulai dengan data lapoangan atau fakta empiris. Setiap peneliti akan terjun langsung ke lapangan guna memngetahui proses penemuan yang saat itu terjadi. Hal dilakukan peneliti adalah dengan membuat catatan, mengalisis, membuat laporan dan selanjutnya membuah kesimpulan dari proses tersebut.
  1. Mengutamakan Makna
Makna atau nilai disini adalah ungkapan dari persepsi orang terhadap suatu kejadian yang sedang diteliti. Sehingga salah satu sumber informasi adalah pendapat orang yang memiliki hubungan dengan peristiwa yang diteliti.
Seorang peneliti juga harus mencari bahan perbandingan agar memiliki kesimpulan yang bersumber dari presepsi banyak orang. Seperti berupa keterangan suatu peristiwa yang telah terjadi.



Komentar

  1. Betway - Casino, Resort & Spa - JT Hub
    Located 당진 출장마사지 in Las Vegas, Betway Casino, Resort 경주 출장안마 & Spa is within a 15-minute walk of Gold 광주 출장안마 Strike Casino and 안동 출장안마 Sands Expo Convention Center. 화성 출장안마 The casino offers a

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Potret Pendidikan Inklusi Pinggiran

RPS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA 1-15

pembelajaran tematik, pengertian, hakikat, fungsi, karakteristik bahasa, hakikat pembelajaran bahasa indonesia